-->

Kitab Pertanyaan

Kitab Pertanyaan
By:Pablo Neruda
Published on by Indie Book Corner


Pablo Neruda merampungkan Kitab Pertanyaan (The Book of Questions/El libro de las preguntas) hanya beberapa bulan jelang kematiannya pada September 1973. Melalui karangan ini, ia sepenuhnya menjadi manusia dan seniman. Seorang penyair berusia 69 tahun yang telah mencerap sumber esensial dari karya monumentalnya, meninjau kembali “kedalaman abadi”: imajinasi yang mengalami regenerisasi dan daya pandang. Puisi-puisi ringkas di sini, seluruhnya berbentuk pertanyaan, mengejawantahkan dedikasinya pada apa yang disebut Hayden Carruth sebagai “struktur perasaan” yang mendasari pengalaman. Pablo Neruda melakukan eksplorasi pada ragam pikir, gaya puitika, dan suara-suara, walaupun kecenderungan renjananya ia peradukan, dan pengembangan atas ritme dasar persepsi yang menguak kebenaran-kebenaran tak terucap atau yang tak dapat diucapkan. Dari Crepusculario dan Venture of the Infinite Man, dua karya yang paling awal dan terakhir cukup dikenal, hingga pada seri buku ini hadir secara terlambat dan posthumous, Pablo Neruda mengalami peningkatan yang luar biasa dalam hal mempertanyakan siapakah hakikat dirinya. Ia juga yakin bahwa tahap pengesampingan hal-hal yang ia ketahui supaya ia dapat jelajahi ulang rahasia irama dan pengamatannya yang lain. Imajinasinya tidak pernah ditaklukkan oleh ketentuan umum dan, khususnya pada puisi sebelumnya, jarang sekali tampak suaka perlindungan, baik secara kepentingan politik maupun artistik. Pablo Neruda terus saja menantang dirinya sendiri sebagai manusia dan seorang seniman, sampai ia menjadi “pemburu yang cerdik”, mengutip Marjorie Agosin, yakni salah seorang berlapangan kerja mencari dan mencari “akar kepemilikan” di mana pun ia dapati kesimpulan atas dirinya. Dalam Kitab Pertanyaan, Pablo Neruda mencapai suatu kedalaman akan kerentanan dan daya pandang dibanding karya-karya sebelumnya. Puisi-puisi dalam buku ini terintegrasi antara keajaiban masa kanak-kanak dan pengalaman kedewasaan. Orang dewasa umumnya bergumul dengan pertanyaan anak-anak “yang irasional” semata-mata bertolak dari pikiran masuk akal. Sementara itu, Pablo Neruda membutuhkan kejernihan yang tersumbangkan dari kehidupan nyata, ia menolak hanya terkungkung pada pikiran rasionalnya saja. Dari sekitar 316 pertanyaan yang terangkum dalam 74 puisi dengan bentuk ini, tak ada sama sekali yang jawabannya masuk akal. Pertanyaan berikut memberi contoh refleksi pada permukaan, yang salah satunya bagiannya membedakan. Jika semua sungai manis dari manakah laut dapatkan asinnya? Satu hal yang harus terpenuhi, bagi pembaca, dari citraan sungai, lautan, rasa manis, dan asin yang gaung artinya lebih dalam ketimbang makna harfiahnya. Di satu pihak, kita mesti bersabar, daripada terburu-buru untuk melakukan penentangan tanya dengan makna yang beralaskan pikiran. Menatap ke langit malam hari dari dek kapal atau lantai padang pasir, kita lihat sekelebat bintang di kejauhan pada ujung-ujung mata. Saat kita memandanginya langsung ke sana, mereka seolah kabur dari pandangan. Sebagaimana bintang, pertanyaan-pertanyaan di sini sepenuhnya menyibak dirinya sendiri kepada pikiran yang berulang-ulang, yakni pikiran yang terlibat dengan intuisi dan persepsi emosi. Pablo Neruda mengarang pertanyaannya yang kebanyakan berasal dari objek-objek alam –seperti awan, roti, limun, unta, teman, dan musuh. Kesemua substansi dan bentuk itu berjalin-jalin dalam kehidupan sehari-hari kita; kematian kemudian kelahiran lagi, keterbatasan itu menjadi nyata sebagai pancaran luaran yang merujuk kepada dunia yang lebih besar lagi. Mereka tampak misterius karena, meskipun secara fisik ada dan “konkret”, padanya tiada keputusan atau penyelesaian. Agaknya, pertanyaan-pertanyaan Pablo Neruda membuka misteri-misteri baru yang berkaitan dengan kebenaran fisik hingga kebenaran metafisik. Dengan mempersilakan pertanyaan itu mengambil alih, kita akan sampai pada tempat-tempat yang belum pernah dipetakan sebelumnya. Puisi-puisi di buku ini, bagaimanapun juga, tidak bisa dipertimbangkan sebagai “peta jalan” bagi jalur intuitif, emosional, dan spiritual. Mereka mengarahkan kita pada suatu hidup yang menjamak: mereka menjala kata-kata ke dalam jiwa kita sehingga kita dapat mencerap pemahaman, dan masih secara jelas berada dalam suatu Tempat Tak Dikenal, di mana segala jawab tak memberi nama-nama. Dalam konteks ini, pertanyaan-pertanyaan Pablo Neruda sangat dekat dengan semangat kōan. Kōan merupakan sebuah pertanyaan (atau pertanyaan samar laiknya sebuah pernyataan) dalam kontruksi suatu paradoks, yang membantu murid Zen mempraktikkan zazen (meditasi). Sebuah penjabaran mengenai paradoks ini dapatlah ditemukan dalam puisi Zen guru Mumon, yang berkomentar mengenai dua biksu yang saling terlibat perdebatan dengan enam kepala keluarga di mana tergeraklah–angin, panji, atau pikiran. Angin, panji, pikiran yang bergerak, pemahaman yang sepadan ketika mulut terbuka segalanya adalah kekeliruan Begitulah cara kerjanya: pikiran menjadi jebakan, sedangkan mulut menjelma kegelapan. Bilamana salah seorang melontarkan suatu anggapan dan ketentuan-ketentuan yang bakal memburu lamunan masa lalu dan masa depan, pikiran dibebaskan untuk menyimak dan ada dalam kemenjadiannya. Selanjutnya, di lain pihak akan tersadar bahwa nilai suatu pertanyaan yang diutarakan penyair Sufi Jalaludin Rumi pada abad ke-13: “Seberapa jauh cahaya ke bulan?/dari bulan?” Dan mengapa ia, setelah tak menumu jawab, kembali kepada bulan tersebut dan berkata, “Di manakah Tuhan?” Akar sejarah Anglo-Saxon menyebutkan kata “pertanyaan” adalah kuere, yang artinya untuk meminta atau mencari, sebab itulah berhasil atau menang. Dalam bahasa Latin, ini disebut quaerere dan questum; dalam bahasa Inggris kemudian menjadi quaestor dan selanjutnya “pencarian (quest)”, “pemeriksaan (inquest)”, dan “pertanyaan (question).” Cabang akar bahasa lainnya menyebut “penaklukkan (conquest)”, “menanyakan (inquire)”, dan “memperoleh (acquire)”. Pablo Neruda mempunyai ketertarikan dalam menanyakan (inquire) perihal kebendaan alamiah, yakni proses inisiasi dari menyatakan tanya yang berasaskan pengalaman, yang diajukan kepada kita atas apa yang ia intuisikan sebagai kebenaran dan perkara yang tidak bisa dipahami. Ketimbang tetap berada dalam kontrol, ia menyelami dirinya sendiri dalam ketidak-tahuan, yang mana dalam ketidaktahuan pertanyaan lantas merasuki imajinasi. Sang penyair bermaksud membedakan antara apa yang ia yakini dalam hati serta jiwanya (gnosis), dan menerima pola-pola pikiran dan perasaan yang membatasi imajinasi serta perkembangannya. Kitab Pertanyaan memenuhi peran tradisional sebagai puisi terbaik. Sumbangsih terbesarnya adalah menolong kita dalam mengajari masing-masing kita bagaimana cara melihat, secara terpisah membantu untuk terispirasi dan fokus terhadap pencarian inti. Kita berpartisipasi baik merespon pertanyaan-pertanyaan Pablo Neruda dengan “berlari di tempat” bersama citraan (meminjam frasa dari Roshi Charlotte Joko Beck), ketimbang melarikan diri dari pikiran yang rasional. Puisi-puisi di sini merupakan catatan-catatan penuh kata-kata atas imajinasi si penyair; mereka menyibak kebenarannya hanya jika kita hidup dengannya lagi mengalaminya apa adanya. Manakala kita melakukan hal tersebut, imajinasi kita kembali terbangunkan hingga mencapai kemungkinan yang paling tenang dari keheranan dan perasaan kagum. Dalam keadaan inilah, kita mengajukan pertanyaan yang tak berjawab. Dan kita senantiasa merasa, tercermin di antara kita, sifat duniawi yang melampaui, baik pikiran maupun penglihatan. Buku unik ini merupakan testamen atas segala yang mengukuhkan Pablo Neruda sebagai seniman. Ia tak bisa diberi label sebagai penyair politis atau penyair cinta, penyair yang diakui atau penyair bakat, dan hanya ia seorang yang sanggup menuduh dirinyalah menjadi orang kebanyakan, dan tak pernah tahu “siapakah aku,/maupun seberapa banyak diriku atau seterusnya.” (“who I am,/nor how many I am or will be”). Maka, untuk memahami tataran kepenyairan ini, penting rasanya menyimak dirinya dalam kerentanan momen-momen. Puisi berikut ini mengandung lebih kurang kemurnian jiwa seorang Neruda. Burung pengecut manakah yang mengisi sarangnya dengan limun? Bagi mereka yang membaca puisi-puisinya mengenai kekalahan orang-orang di lain sisi dari patologi sosial dan politik, tak akan kaget dengan baris seperti ini: Buruh seperti apakah yang dipekerjakan Hitler di neraka? Pablo Neruda ialah seniman kompleks, yang membaurkan gelap dan terang, serta yang merespon sepenuhnya kesatuan pengalamaan yang tersedia bagi manusia. Ia mengenali kontradiksi, bahkan terpagut dengannya, dan kerap kali membebaskan karyanya dari batasan-batasan, penyederhanaan yang berbahaya, agenda ideologi serta pembicaraan mengenai diri sendiri secara berlebihan meskipun tak penting sepenuhnya (egotisme). Dengan begitu, ia menciptakan keterjalinan keindahan, kumpulan karya yang luas cakupan. Buku ini merupakan seri terakhir karya posthumous Pablo Neruda dari Copper Canyon Press, yang mengantarkan pada kita selubung pengetahuan di mana suatu pencarian dilanjutkan: apa yang dipelajari akan terlupa, maka ia dapat dipelajari kembali. Dalam sebuah karya awalnya, Extravagaria, sang penyair bertanya-tanya dalam hati: Anak dari anak atas anak– akankah mereka membuat sebuah dunia? Akankah mereka halau kebaikan atau keburukan? Senilai lalat-lalat atau gandum bermanfaat? Kau tak ingin menjawabku. Namun pertanyaan-pertanyaan tak mati. William O’Daly Musim dingin, 1991

This Book was ranked at 20 by Google Books for keyword Puisi.

Book ID of Kitab Pertanyaan's Books is FJo5DwAAQBAJ, Book which was written byPablo Nerudahave ETAG "Vf4bXUVczJY"

Book which was published by Indie Book Corner since have ISBNs, ISBN 13 Code is and ISBN 10 Code is

Reading Mode in Text Status is false and Reading Mode in Image Status is true

Book which have " Pages" is Printed at BOOK under Category

This Book was rated by Raters and have average rate at ""

This eBook Maturity (Adult Book) status is NOT_MATURE

Book was written in id

eBook Version Availability Status at PDF is true and in ePub is false

Book Preview


Share this: